Thursday, January 21, 2010

District 9

Rating:★★★★★
Category:Movies
Genre: Science Fiction & Fantasy
Kadang gue malu bahwa gue bagian dari spesies manusia. Manusia itu katanya adalah makhluk Tuhan yg paling smpurna. Kita dberikan akal pikiran, nalar, hati, emosi, belas kasih, dan laen sbagainya. Tapi kita juga bsa brsikap lebih biadab daripada binatang. Ini film bener2 metafora dan alegori peradaban manusia thd makhluk lainnya.

28 tahun yg lalu, sebuah pesawat induk alien tiba di kota Johannesburg, Afrika Selatan. Pemerintah lalu membuat tempat trpisah utk para alien2 yg dipanggil sbg "udang" supaya tdk brcampur dg para manusia. Para imigran alien2 tsb tinggal di prkampungan kumuh di Distrik 9 dlm kondisi mnyedihkan; tanpa sandang, pangan, dan papan. Kondisi yg buruk ini membuat masyarakat geram, shingga organisasi alien brnama MNU mngutus birokrat Minkus Van Der Mewe (Sharlto Copley) utk memaksa para imigran pindah ke kamp khusus imigran. Tak dsangka, pd saat brtugas, Minkus trkena sbuah cairan aneh yg membuat ia mnjadi sakit. Apakah yg trjadi?



Tentu saja ktika mnonton film ini, kita langsung dhadapi oleh alegori apartheid dan rasisme serta masalah2 imigran di dunia ini. Para imigran alien hrs hidup di kampung2 kotor, dan mereka tdk boleh masuk ke kota, dan ada papan2 tanda utk manusia dan alien. Ini mngingatkan kita thd rasisme bbrapa puluh taun yg lalu (skrg pun masih) dmana kita msh membedakan2 ras dan kulit warna suatu suku bangsa. Para imigran itu hidup miskin dan tinggal di antara sampah, krn tdk ada yg mnolong mereka. Yg lebih parah lagi, pemerintah justru mnganggap para alien tsb sbg binatang yg tdk brarti dan mmprgunakan mereka sbg uji prcobaan.

Salut gue thd akting Sharto Copley yg bener2 bikin gue emosional. Ini adalah debut filmnya, dan ia tdk mempunyai pngalaman brakting, tapi gue rasa krn plotnya mirip dg keadaan dunia jaman skrg, kita bsa bersimpati thd dirinya. Awalnya Minkus adl tipikal manusia spt diri kita; punya kluarga, punya pekerjaan, dan mempunyai pandangan sempit thd bangsa lain. Ktika akhirnya ia harus memilih antara bangsanya sndiri dg bangsa alien, bagi gue itu adalah ujian antara pilihan yg benar dan pilihan yg mudah. Hati gue trsayat2 mlihat nasib para alien tsb. Manusia memang kejam.

Dari segi plot, film ini bener2 dramatis dan mngambil metafora masalah dunia skrg. Dari segi akting, gue salut sama smua org yg sangat natural. Ga ada aktor2 brnama yg bsa bikin ga fokus. Dari segi teknik, walopun uda ga aneh lagi ngliat film ala mockumentary ala Blair Witch ataw Cloverfield, tapi stidaknya film ini justru lebih natural dan ga dbuat2. Mngkin krn ini bukan tipikal Hollywood dg aktor2 Amerika yg kadang2 suka over acting, tapi film ini memakai aktor2 Afrikaans yg justru lebih alami. Dari segi action, uda cukup pas walopun gue agak2 miris krn trlalu violent. Trlalu banyak darah. Tapi mnurut gue lebih seru daripada filmnya Michael Bay. Special effectnya juga not bad, walopun msh sdikit kurang sana sini. Tapi ini bukanlah jenis film sci-fi biasa, ini adl film drama dg bumbu sci-fi dan action. Film ini mngangkat tema yg sangat kritikal. Gue bener2 salut dg crita ini. Gue sangat rekomen film ini.

3 comments:

Marshall Bruce Mathers IV said...

benar benar, karakter2 disini (alien sekalipun) memperlihatkan kemanusiaannya pada titik tertinggi dan terendahnya

hani nhk said...

yeah... viva civilization ya...

isaac mister said...

i agree.
humanity at its worst.